"DI dalam Al-Quran Surat Al-Mukmin ayat 60, Allah
Swt menitahkan kita berdoa kepada-Nya. 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Kukabulkan doamu.' Demikian titah-Nya. Yang ingin saya tanyakan,
mengapa kita harus berdoa?" tanya seorang murid kepada Abu Qubaisy
ketika guru besar itu baru saja membuka majelis taklim sore, dan belum
sempat menyampaikan kata mukadimahnya. "Karena
manusia tidak memiliki daya dan kekuasaan. Betapa hebat dan kerasnya
dia berusaha, Allahlah yang menentukannya berhasil. Karena itu seorang
mukmin harus percaya kepada perlunya bekerja keras, dan berdoa," jelas
Abu Qubaisy membuat murid yang tadi bertanya, dan mereka yang sekadar
mendengarkan saja, sama-sama mengangguk. "Apakah berdoa itu tergolong ibadah, Tuan?" tanya salah seorang di antara murid-murid yang mengangguk-angguk. "Segala
perbuatan yang merupakan perintah Allah adalah ibadat. Bukankah berdoa
itu titah Allah sebagaimana yang tertera pada ayat 60 Surat Al-Mukmin
tadi," jawab Abu Qubaisy sambil tersenyum. "Perawi
hadis Tirmizi dalam salah satu riwayatnya menyatakan bahwa Rasulullah
pernah bersabda, 'Doa adalah otak dari ibadah.' Dan hidup seorang
mukmin sesungguhnya dilingkupi oleh doa," sambung guru besar yang luas
ilmu dan pengetahuannya itu. "Maksud Tuan?" tanya murid yang pertama kali bertanya ketika Abu Qubaisy baru saja membuka majelis taklimnya tadi. "Perbuatan
manakah yang dilakukan seorang mukmin tanpa diiringi doa? Mulai dari
bangun tidur, masuk dan keluar kamar mandi, berpakaian, bercermin,
sarapan, bekerja, makan siang, sampai kembali tidur, semuanya diiringi
dengan doa. Bukankah itu berarti sepanjang hidupnya seorang mukmin
dilingkupi dengan doa? Itulah sebabnya seorang mukmin takkan terjerumus
pada perbuatan buruk. Bila dia melakukan keburukan, pasti iman sedang
tidak bersamanya," kata Abu Qubaisy mengkhiri tuturnya yang menarik.
|