Dalam
sejarah Sulawesi Selatan, Kerajaan Bone merupakan kerajaan besar,
tangguh dan disegani pada masa lampau. Bukti-bukti kebesarannya
terdapat dalam manuskrip-manuskrip kuno disebut lontara dan ada yang
terhimpun dalam sebuah buku ”Latoa” berisikan
tata aturan pemerintah dan pranata kehidupan kemasyarakatan Kerajaan
Bone. Selain itu terdapat beberapa tanda-tanda pusaka kerajaan yang
masih terawat dan tersimpan baik di Rumah Jabatan Bupati Bone (bekas
Saoraja atau Istana Raja Bone), serta benda-benda kuno lainnya disimpan
di Museum Lapawawoi yang juga merupakan Saoraja (Istana Raja Bone).
Kirab
Kerajaan Bone adalah untuk menunjukkan keberadaan kejayaan Kerajaan
Bone masa lalu. Kirab Kebesaran Kerajaan Bone terdiri dari :
a. Kelompok Laskar : 41 (empat puluh satu) orang
b. Kelompok Adat : 108 (seratus delapan) orang
Kirab Kebesaran Kerajaan Bone didukung oleh 149 orang peserta.
Sebenarnya pada Zaman Kerajaan setiap kelompok pasukan berjumlah 40
orang, dan apabila akan diperagakan sebagaimana halnya pada zaman
Kerajaan maka, Kirab ini akan didukung sekitar 700 (tujuh ratus) orang.
Apa yang ditampilkan dalam Kirab ini sudah sesuai dengan tata aturan
Kerajaan, hanya personil setiap kelompok dikurangi.
Pakaian yang dikenakan oleh peserta, juga dengan ketentuan adat yang berlaku pada zaman kerajaan
Kirab Kerajaan
Tari Maggiri
Tari ini menggunakan senjata tajam sesungguhnya kemudian para penari menusukkan ke tubuhnya, dengan mantra bahasa to langi tubuh para penari tidak termakan senjata tajam.